Pekanbaru, BerkasRiau.com – Untuk mendukung ketahanan pangan berkelanjutan, Tim Pengabdian Universitas Riau (TPUR) melalui penyuluhan dan praktek budidaya kangkung darat system intensif edukasi Pengurus dan Jamaah Masjid Besar Baitul Izzah di Desa Pujud, Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengabadian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Riau merupakan bentuk Tridarma Perguruan Tinggi disamping, Pendidikan, Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, kata Dr. Nurdin, ST, MT, salah seorang TPUR, Minggu (12/9/2021) di Pekanbaru.
Disampaikan Nurdin, bahwa dirinya bersama Dr. Zulkifli, S.Pi, M.Si, Muhammad Salahuddin, ST, MT, Dr. ferry Fatnanta, MT dan Sugianto pada kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan LPPM pada tahun 2021 ini terdiri dari 3 skema yakni, Program Kemitraan Masyarakat, Program Pengembangan Kewirausahaan dan Program Pengabdian Kepada Masyarakat.
Pendanaan untuk setiap Skema disediakan dari DIPA Universitas Riau tahun 2021 yang besarnya sesuai dengan skema yang diambil.
Kegiatan Penyuluhan dan Praktek Budidaya Kangkung Darat Sistem Intensif ini adalah dalam rangka mewujudkan penguatan kapasitas Go Green di Masjid Besar Baitul Izzah Desa Pujud Kecamatan Pujud melalui Program Eco-Masjid untuk mendukung ketahan pangan berkelanjutan sesuai dengan judul kegiatan pada skema.
Eco-Masjid terbentuk hubungan timbal balik antar makhluk hidup dan lingkungannya, pengurus masjid dapat berperan dalam mendorong dan membentuk jamaah serta meningkatkan peran masyarakat dalam melaksanakan ibadah dan muamalah yang ramah lingkungan.
Mengapa kegiatan ini dilakukan di Masjid Besar Baitul Izzah Desa Pujud Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir ? Hal ini disamping adanya hubungan emosional salah satu Tim Pengabdian dengan desa ini juga melihat potensi masjid ini termasuk besar dan indah, berada di pinggir jalan lintas Pujud-Dalu-Dalu yang menghubungan Kabupaten Rokan Hilir dan Rokan Hulu serta mempunyai luas lahan lebih kurang 80 x 75 m².
Besarnya ukuran masjid ini tentu saja memerlukan biaya operasional untuk menjaga kebersihan dalam masjid dan pekarangan serta biaya perawatan. Sedangkan pekarangan yang ada kurang terawat malah salah satu bagian pekarang hanya ditumbuhi semak, sebutnya.
Potensi lahan yang luas inilah yang menjadi pokok pemikiran dapat dijadkan sebagai Eco-Masjid dimana pekarangan ini ditanam dengan tanaman yang hijau dan memberikan kesejukan dan tentu saja sangat bermanfaat, dalam hal ini sayur jenis daun-daunan, sedangakan air bekas wuduk dapat pula dimanfaatkan sebagai penyiram tanaman melalui proses penampungan.
Disamping memberikan pemenuhan kebutuhan sayur bagi masyakat maupun jemaah hasil panennya dapat pula memberi sumbangan dalam mencukupi kebutuhan ekonomi bagi petugas maupun takmir masjid.
Untuk menjaga kelanjutan program kegiatan ini sesuai roadmap yang ada tahun 2021 dilaksanakan budidaya kangkung darat secara intensif, kemudian tahun 2022 direncanakan kegiatan budidaya sayur jenis buah-buahan dan budidaya ikan air tawar sistem terpal, serta pada tahun 2023 direncanakan pula kegiatan pengemasan hasil budidaya sayur jenis daun-daunan dan buah-buahan serta hasil kolam ikan air tawar sistem terpal.
Melihat perjalanan sejak penyulihan dan penanaman pertumbuhan budidaya kangkung darat ini sangat baik dan mudah-mudahan tidak hama yang menyerang, dengan demikian hasil panennya akan memberikan harapan dari hasil jualnya akan dapat meningkat nilai ekonomi dalam pengelolaan operasional masjid, ujar dia.
Ditambah lagi dengan pengolahan dan penanaman pada lahan tambahan dan diharapkan akan memberikan nilai ekonomi tambahan lagi. Hanya tinggal melalkukan majemen yang baik terhadap pengelolaan lahan, penanaman perawatan dan pemasaran. Jika kegiatan ini dapat berjalan sesuai dengan harapan tentu saja akan dapat menjadi contoh bagi masjid yang ada di daerah ini.
“Jika program kegiatan ini dapat terlaksana Masjid Besar Baitul Izzah ini diharapkan dapat menjadi percontohan Eco-Masjid di Kecamatan Pujud,” pungkasnya. (Syailan Yusuf)