BANGKINANG, BerkasRiau.com – Hari demi hari, Jalan Provinsi di wilayah Kecamatan XIII Koto Kampar semakin hancur, buktinya sepanjang jalan di Desa Binamang sampai ke Candi Muaratakus, semua badan jalan berlumpur seperti kubangan kerbau dan bergelombang. Hal itu duduga terjadi akibat aktifitas dentruk yang mondar mandir membawa hasil kekayaan alam melebihi kapasitas.
Ditambah lagi dengan hujan yang terus, bahkan sebagian badan jalan turun, seperti yang terjadi di Desa Pongkai Istiqomah, dari pantauan wartawan, beberapa hari lalu, badan jalan sudah mulai lonsor dan bakal terancam putus apabila tidak ditanggulangi dengan cepat.
Menurut pengamatan warga yang tidak mau diketahui identitasnya menduga jalan nasional ini tidak sanggup untuk menahan berat beban kendraan yang melebihi kapasitas tiap menit mondar mandir.
“Jalan ini tidak akan kuat menahan berat beban kendraan yang tiap waktu lalu lalang disini, coba kita tengok sepanjang jalan ini, mulai dari Tasoyiok sampai ke Muaratakus, badan jalan hancur dan bergelombang,” katanya sambil menyebut gak usa dituliskan nama.
Ditegaskannya, pemerintah harus mengambil kebijakan untuk menertipkan aktifitas galian c di seputar XIII Koto Kampar dan Koto Kampar Hulu.
“Jikan ingin pemerintah jalan ini bagus dan tahan lama, mereka harus menutup semua aktifitas itu, karena setebal apapun aspal yang akan dibikin tidak akan sanggup untuk menahan berat beban yang tiap waktu melewati kalan ini. Jalan ini selain akses menuju ke perkampunga warga, jalan ini juga merupakan akses menuju objek wisata Candi Muara Takus, jadi pemerintah harus memberikan periatian khusus,” katanya.
Pada pemberitaan sebelumnya, lokasi longsor badan jalan ini terdapat sekira 100 meter sebelum simpang pemukiman warga Desa Pongkai Istiqomah, Kecamatan XIII Koto Kampar dari arah Batu Bersurat.
Jum’at pagi, 24 Maret 2017, separuh badan jalan sudah lenyap karena longsor ke dalam jurang sebelah kanan arah ke Simpang Pemukiman Pongkai Istiqomah sehingga mobil harus bergantian masuk sebab hanya muat untuk satu mobil. Panjang badan jalan yang longsor sekira 10 meter.
Badan jalan ini menurut warga memang jadi langganan longsor dan rawan longsor karena badan jalan merupakan hasil penimbunan tanah yang menghubungkan dua bukit.
Menurut salah seorang warga, Fikri (37), longsor terjadi bersamaan dengan peristiwa longsor di Koto Alam beberapa hari lalu saat itu curah hujan cukup tinggi. Namun beberapa hari ini kondisi longsor di jalan ini semakin parah sehingga pengendara mobil harus bergantian masuk.
Badan jalan ini dikhawatirkan semakin hilang karena hujan kembali terus mengguyur daerah ini ditambah lagi lalu lintas truk pengangkut galian c masih padat dan tak kunjung berhenti.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Desa Pongkai Istiqomah Muhammad Ali Syam Chinggam (36) menambahkan, badan jalan di lokasi ini mestinya di turap kiri kanan karena badan jalannya merupakan tanah timbunan yang sewaktu-waktu rawan terjadi longsor apalagi datangnya musim hujan.
Ia mengaku telah melaporkan kondisi jalan ini empat hari lalu ke Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kampar. Pihak Dinas PU menyampaikan bahwa akan melaporkan ke Dinas PU Provinsi Riau karena ruas jalan ini berstatus jalan provinsi.
“Kami berharap segera diperbaiki karena kalau longsor lagi jalan ini akan terputus, ada ribuan masyarakat yang akan terkendala karena tidak ada jalan alternatif. Lagi pula mau MTQ kabupaten di Tanjung,” pungkasnya. (cr2/sk)
Editor: Defrizal