PEKANBARU, BerkasRiau.com – Arwin AS, saat masih menjadi Bupati Siak pernah berucap kepada media. Ia seakan curhat atas beratnya perjuangan hanya untuk membangun sebuah jembatan di Siak.
“Tapal sepatu sampai menipis karena harus datang pintu ke pintu berkoordinasi untuk membuat jembatan,” begitu lah kira-kira ucapan Arwin saat itu.
Dan, tiba pada masa yang dinantikan, jembatan yang didanai dari APBD Pemerintah Kabupaten Siak itu, Presiden SBY yang tampil meresmikan.
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah adalah pendorong pesatnya kemajuan di Siak. Niat membangun infrastuktur ini, justru berbuah pahit bagi Arwin.
Uniknya, saat itu SBY justru jadi idola. Itu lah sedikit gambaran bagaimana perlakuan pemerintah pusat kepada Riau.
Lalu, seperti apa sikap Pemerintah Pusat saat ini? Tampaknya lebih parah. Situasi sosial politik terkini, sikap masyarakat Riau menunjukkan ketidaksukaan kepada Presiden Jokowi. Alasannya pun belum jelas. Apakah karena Jokowi tidak peduli pada Riau?
“Justru terbalik. Negara saat dipimpin pak Jokowi jelas hadir menyelesaikan masalah asap. Dulu tiap tahun hirup asap. Sekarang, perlahan-lahan sudah tertata dengan baik,” ungkap Ketua Relawan Indonesia Satu Sumatera (RI Satu) Jokowi, Arif Eka Saputra, saat berbincang dengan para relawan lain, Minggu (02/09/18).
Indikator kepedulian itu sangat jelas, kata Arif. Antara lain, pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Pekanbaru-Dumai, subsidi kredit rumah, perhutanan sosial, sertifikat tanah, Blok Rokan direbut, naiknya anggaran Dana Desa dan lainnya.
Soal Jalan Tol, Ketua Umum Relawan Jokowi Center Indonesia (RJCI) Raya Desmawanto mengungkap akan terasa banyak manfaat dirasakan oleh masyarakat Riau.
”Jelas akan mempercepat arus transportasi untuk mendorong ekonomi. Biasanya 4-5 jam, nantinya maksimal 3 jam. Semua urusan bisnis lebih cepat, produksi dan ekspor lebih cepat. Bahkan, koran yang cetak pagi dini hari dapat diantar lebih cepat dan tak terburu-buru, termasuk para orang tua bisa pulang balik ke Pekanbaru menjenguk anaknya sekolah,” jelas Raya.
Belum lagi di sektor energi. Dimana Pemerintahan Jokowi mengakuisisi sektor energi terbesar di Indonesia ke BUMN. Salah satunya Blok Rokan di Riau yang ditetapkan pada 31 Juli 2018 lalu dikelola Pertamina mulai tahun 2021 mendatang.
“Keputusan Pak Jokowi tidak emosional. Ia melihat, secara komersial, Pertamina kompensasinya lebih baik ke negara daripada Chevron. Pertamina komit US$ 500 juta investasi. Negara lebih untung, daerah bisa lebih maju. Itu keinginan beliau,” ucap Koordinator Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Riau, Ganda Mora, mencermati Blok Rokan.
Jokowi, katanya, jelas meminta kapasitas produksi Blok Rokan ditingkatkan ke depannya. “Jokowi minta Pertamina profesional. Nah, jika ada wacana BUMD ikut mengelola, tentu akan dilihat kemampuan profesionalnya,” kata Ganda lagi.
Para relawan ini cukup bingung dan sedih dengan sikap dan reaksi masyarakat Riau terhadap Jokowi belakangan ini. Apakah memang sikap murni atau diprovokasi? Padahal, kata mereka, Jokowi telah sering menyatakan bahwa pembangunan harus merata, tak hanya di Pulau Jawa saja.
“Negara sudah terasa sangat hadir. Bahkan, saya dapat kabar, untuk rancangan Jalan Tol sedang disiapkan motif Melayu. Tapi ya sudah, kami yakin kok, Jokowi ini pasti melihat, mendengar dan merasa,” ujarnya.
Raya juga ikut mengaku heran. Sepertinya di Riau ini, hanya ingin mendengar bahwa Jokowi ini banyak salah. “Capek menjelaskan seluruh kerja nyata beliau, ternyata banyak hanya ingin dengar ‘Jokowi Salah’. Ya mungkin ada benarnya. Ternyata dia salah berbuat baik,” kata Raya.
Dalam kalimat imajiner, Arif pun menegaskan kepedulian Jokowi ini seakan tak dianggap.
“Terlihat sangat kejam ketika seseorang sayang pada orang yang terus menyia-nyiakan keberadaannya. Pak Jokowi, setidaknya jauh sangat peduli dari yang lain dan yang sudah-sudah,” ucap Arif.
Ia mengutip cuitan Penulis dan Komedian Raditya Dika yang berbunyi, “Kadang seseorang berhenti peduli bukan karena sudah tidak peduli lagi, tapi karena dia sadar kepeduliannya sudah tak dihargai sama sekali”.
Arif mengajak masyarakat Riau melihat seperti apa sikap perhatian Pemerintah Pusat ke Riau sebelum era Jokowi. Pemerintah Daerah harus teriak dahulu baru diperhatikan. Jokowi sendiri sudah bekerja melampaui harapan.
“Kepeduliannya ke daerah sudah lebih tinggi dari ekspektasi publik. Jokowi adalah kita, manusia yang juga perasa. Mudah-mudahan, Jokowi tidak merasa kadang berbuat baik itu jadi salah. Selaku relawan beliau, kita tetap berjuang menyatakan kebenaran atau kepedulian dan kerja nyata beliau kepada warga Riau,” kata Arif, tersenyum. [beritariau.com].