PELALAWAN, BerkasRiau.com – Matinya ribuan ikan di kanal pembuangan limbah RAPP ke Sungai Kampar berpengaruh pada ekonomi penduduk sekitar, betapa tidak, penduduk Desa Sering Kabupaten Pelalawan yang mayoritas nelayan harus merelakan ribuan biota ikan dan udang di sungai Kampar mengapung kaku menjadi bangkai.
Kelalaian pabrik bubur kertas terbesar di Asia tersebut sontak menjadi pusat perhatian, konon dikabarkan ada barter yang dilakukan pihak perusahaan dengan penduduk sekitar agar penduduk bungkam, hal tersebut dituturkan oleh salah seorang nelayan, Yusrizal, kepada Riaugreen.com, beberapa waktu lalu.
Integritas pemerintah pun dipertanyakan, berbagai kalangan buka suara, seperti yang dipaparkan aktivis lingkungan yang juga merupakan juru kampanye greenpeace, Kecang Rusmadia, melalui sambungan telepon, Sabtu (17/3/2018).
Kecang mengatakan bahwa soal limbah yang cemari sungai merupakan tanggung jawab penuh RAPP. “Intinya adalah, setiap operasional industri yang berpotensi mengeluarkan limbah, perusahaan harus mengawasi dengan baik, agar limbah yang keluar ke perairan tidak mencemari ekosistem yang ada,” unngkap Kecang.
Ketika RAPP sudah mengeluarkan limbah, sambung Kecang, dan menyebabkan ikan mati maka perusahaan harus bertanggung jawab penuh. “Nah kalau biota Sungai Kampar mendapat dampak dari limbah RAPP apalagi menyebabkan ribuan ikan mati maka ini harus menjadi tanggung jawab penuh perusahaan,” ujarnya.
Tercemarnya Sungai Kampar akibat limbah pabrik kertas terbesar di Asia ini bukan yang pertama kalinya, namun hingga detik ini belum ada solusi dari instansi terkait, bahkan kredibilitas pemerintah sudah diragukan oleh masyarakat. (Angga/riaugreen.com).