BANGKINANG (BerkasRiau.com) – Triska Felly, anggota DPRD Kabupaten Kampar, tokoh perempuan yang berjuang mewakili aspirasi kaumnya agar tidak terisisih dari derap laju pembangunan hingga bisa setara dan mendapat pengakuan serta perhatian dari pemerintah daerah
“Buktinya saja, dalam tim pemenangan saja komposisi kaum perempuan sudah sangat diakomodir oleh Bang Zulher. Lebih dari 30% wanita. Ini sudah menggambarkan komitmen Bang Zulher pada peran strategis kaum perempuan,” katanya.
Felly menuturkan, sosok Bang Zulher yang mementingkan nilai kebersamaan itu dimanifestasikannya lewat slogan Basamo Kito, adalah salah satu bukti bagaimana Bang Zulher memahami bagaimana pentingnya sinergi semua elemen dalam pembangunan Kabupaten Kampar, termasuk kiprah dan peran strategis kaum perempuan.
“Saya memahami, slogan Basamo Kito itu bukan sekedar slogan semata. Tapi lebih dari itu, slogan itu merupakan spirit dan semangat Bang Zulher yang seolah ingin menegaskan, untuk menghadapi situasi sulit saat ini, kita perlu bersama agar bisa bangkit mengejar ketertinggalan kita dari daerah pemekaran Kampar, seperti Rokan Hulu, Pelalawan dan Kuansing yang masih muda, tapi mereka telah jauh melejit meninggalkan kita,” jelasnya.
Selama ini, kata Felly, terutama dalam kurun waktu 5-7 tahun belakangan, kiprah kaum perempuan seperti sudah tidak dianggap penting lagi di Kampar. Padahal, banyak poblem dan persoalan masyarakat yang terkadang hanya bisa diselesaikan lewat sentuhan tangan dingin kaum perempuan.
“Misalnya, untuk posisi para kepala dinas dan badan, hampir tidak ada yang dipercayakan kepada perempuan. Dari 33 dinas dan badan itu, mestinya 30% komposisinya mesti diisi oleh kaum perempuan, atau sekitar 8-10 posisi hendaknya diisi oleh kaum perempuan, kalau kita ingin mengakui kiprah perempuan dalam pembangunan,” jelas dia.
Dicontohkannya, dinas-dinas seperti dinas kebersihan, Dinas Cipta Karya atau badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPN) Kabupaten Kampar mestinya dijabat oleh seroang perempuan agar persolan yang terkait bisa diselesaikan oleh kaum perempuan.
‘Serahkanlah sesuatu pada ahlinya,” cetus dia.
“Tentu, posisi seperti itu tidak mutlak hanya diisi oleh perempuan, hanya mempertimbangkan keterwakilan semata. Tapi lebih dari itu, ukurannya tetap kemampuan dan profesionalitasnya,” ujarnya.
Kedepan, kata Felly, dari tangan Bang Zulher Kampar harus bangkit dengan semangat kebersamaan. Perempuan mesti mendapat tempat dalam pembangunan.
“Basamo Kito, tidak sekedar bersama. Tapi lebih dari itu, bersama membangun tanpa mendikotomikan suku, harta, pangkat serta tak membedakan gender antara laki-laki dan perempuan,” tutup Felly. (rls/nm).