TEBAR PESONA DI KEMATIAN RIDHO ALHAFIDZ
Opini oleh: Syailan Yusuf (Wartawan)
Kecelakaan yang meregut nyawa mahasiswa Kairo, Mesir asal Kabupaten Kampar, Ridho Alhafidz yang ramai diberitakan di Media masa, media sosial minggu ini mengundang warga Kabupaten Kampar bahkan Kota Pekanbaru menyambangi rumah duka di Danau Bingkuang, Desa Tambang Kecamatan Tambang, Jum’at (7/10).
Ribuan orang, baik itu yang berasal dari Kabupaten Kampar maupun Kota Pekanbaru menyempatkan hadir. Mulai dari menerima jenazah di bandara kemudian ke rumah duka, menyembayangkan sampai menghantarkan ke tempat peristirahatan terakhir.
Semasa hidup Almarhum dikenal sebagai anak yang baik, bahkan walau sedang kuliah di Mesir, ia masih berusaha untuk membantu ibunya. Padahal ia tidak memberatkan ibunya yang sudah menjanda untuk mengecap pendidikan tinggi di luar negeri.
Ridho terlahir dari keluarga kurang mampu. Namun dengan prestasi yang diraihnya, ia mendapat beasiswa kuliah di Universitas Al Azhar Kairo dari Yayasan Pendidikan Islam (YASPI) Kampar. Almarhum layak menerimanya karena menjadi lulusan terbaik Pondok Pesantren Islamic Centre Alhidayah (PPICA) di bawah naungan YASPI Kampar tahun 2014 silam.
Pimpinan PPICA, Buya Muhammad Abdih mengungkapkan, beasiswa itu tidak disia-siakan. Ridho meraih predikat terbaik di antara rekan seangkatannya di Universitas Al Azhar. Selain pintar, almarhum juga suka menolong orang lain.
Demikan juga disampaikan Kedutaan Besar Indonesia untuk Mesir kepada keluarga. Kedubes RI, Helmi Fauzi diwakili oleh Joko, almarhum adalah salah satu mahasiswa Indonesia terbaik di Mesir. Ridho dikenal santun, baik dan memiliki pergaulan yang luas dengan sesama mahasiswa. Ia menyatakan, seluruh mahasiswa Islam di dunia turut berduka cita dengan kepergian Ridho.
Kepergian almarhum tidak disia-siakan oleh para kandidat dan menjadi momen Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Kampar yang akan bertarung di Pilkada Kabupaten Kampar tahun 2017 nanti, termasuk salah satu bakal calon Walikota Pekanbaru ambil bagian untuk melayat dan dan menonjolkan diri untuk tebar pesona di tengah masyarakat.
Satu pertanyaan menggantung, jika kecelakaan yang menyebabkan kematian Ridho Alhafidz bukan saat ini (Momen Pilkada), apakah perhatian mereka juga sama? Wallahualam.
Duh, gerah melihatnya. Apakah tidak ada momen lain yang lebih wah dibanding tebar pesona di tempat kematian. Ataukah para kandidat sudah kehabisan akal serta ide mencari sensasi mendapatkan perhatian masyarakat.
Jika memang niatnya tulus turut berbelasungkawa dan ingin membantu, tentu para kandidat tidak datang rame-rame ke rumah duka membawa tim pemenangan dan para awak media tidak perlu sibuk menulis berita tebar pesona jargonnya.