BANGKINANG, BerkasRiau.com – Seharusnya, sebagai pimpinan hendaknya akan selalu mengintropekai diri penyebab kegagalan terhadap usaha yang dilkukan oleh rakyatnya. Bukan menyalahkan yang lain. Namun hal itu tidak dilakukan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kampar. Hendri Dunas malah menyalahkan petani sebagai biagkerok penyebab gagalnya peningkatan produkai beras di Kampar.
Hal itu disampaikan oleh Hendri Dunan dengan bicara blak-blakan ketika dikonfirmasi soal tudingan yang menyatakan bahwa dinas yang dipimpinnya gagal meningkatkan produksi beras di Kabupaten Kampar. Selasa (2/5/2017)
Hendri Dunan kepada wartawan, menyatakan dia bukan gagal namun produksi beras di Kampar minus, masih belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat Kampar.
Menurut Dunan, minusnya produksi beras di Kampar disebabkan karena dari 6500 hektar lahan sawah di Kabupaten Kampar, baru ditanam 1 kali dalam setahun.
“Kalau 5000 hektar saja satu musim menanam padi hasilnya 6 ton per hektar baru 36 ribu ton hasilnya. Minus 42 ton pertahun. Jangan bilang gagal. Dibandingkan jumlah lahan dan produksi, lahan masih terbatas. Setiap orang mengkonsumsi 112 kilogram beras setahun,” ucap Dunan.
Ia mengakui, program yang dilaksanakan Dinas Pertanian saat ini terus berusaha memenuhi kebutuhan beras di Kampar dan kalau bisa swasembada beras. Dunan berharap tradisi menanam petani Kampar berubah dari satu kali setahun menjadi tiga kali setahun.
Menurut Dunan lagi, tradisi petani di Kampar sangat berpengaruh terhadap produksi padi. Misalnya kebiasaan petani yang berhenti menanam atau mengerjakan sawahnya ketika mau masuk bulan Ramadhan.
“Masuk ibadah puasa berhenti ke sawah. Sementara makan tak bisa berhenti sanak,” ulas Dunan tersenyum.
Dunan juga mengklaim, pihaknya telah membuat gerakan, memberikan bantuan alat. “Petani kita perlu dibujuk untuk menanam. Menanam padi ini tak sama membuat SD Inpres. Kita perlu bujuk petani baru mau. Petani Kampar fanatik. Kalau tak keluar zakat pantang menjual beras,” beber Dunan.
Lebih lanjut Dunan mengatakan, kegiatan menanam padi yang mendatangkan pejabat baru-baru ini Bukan hanya seremonial belaka. “Bukan sok-soan mari menanam. Memang datang pejabat. Dengan datangnya pejabat apa kekurangan petani bisa disampaikan, contohnya air. Kalau air itu masalahnya cathcement areanya tak ada,” ulas Dunas.
Ia juga mengatakan Dinas Pertanian bukanlah pihak yang memiliki tugas mengatasi hal itu tapi OPD (organisasi perangkat daerah) lain. “Kami bukan pengatur hal itu tapi kami pemakai. Kewenangan air itu ada dinas lain yang berkepentingan. Selalu kami sampaikan dalam rakor,” katanya.
Untuk membangun bendungan itu butuh waktu dan proses, tidak bisa serta merta dilakukan begitu ada usulan masyarakat dan langsung dibangun pada tahun itu juga.
Dunan juga curhat soal banyak yang mengatakannya sombong karena tak bisa ditemui. “Silakan bilang gagal. Bilang sombong. Mereka minta paket dibilang sombong, susah dicari. Saya harus turun lapangan, tak mungkin di kantor terus. Pulang kantor saya malah sering singgah di petani,” bebernya
Sumber: SK
Editor : Defrizal